Mengucapkan Sayyidina Sebelum Nama Nabi Muhammad ﷺ
Minggu, 26 November 2017
Mengucapkan sayyidina ( sebelum nama Nabi ﷺ ) sering kali kita dengar dikalangan umat muslim Ahlussunah Wal Jamaah.
Mengucapkan sayyidina ( sebelum nama Nabi ﷺ ) termasuk amalan yang sangat utama, karena merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Syeikh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menyatakan:
الأوْلَى ذِكْرُالسَّيِّادَةِ لِأنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ
“Yang lebih utama adalah mengucapkan sayyidina (sebelum nama Nabi ﷺ), karena hal yang lebih utama bersopan santun (kepada Beliau).” (Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156).
Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi ﷺ :
Telah menceritakan kepada kami [Al Hakam bin Musa Abu Shalih] Telah menceritakan kepada kami [Hiql] yaitu Ibnu Ziyad dari [Al Auza'i] Telah menceritakan kepadaku [Abu 'Ammar] Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Farukh] Telah menceritakan kepadaku [Abu Hurairah] dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat kelak, aku adalah orang yang muncul lebih dahulu dari kuburan, aku adalah orang yang paling dahulu memberi syafa'at, dan aku adalah orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa'at." (Shahih Muslim, 4223).
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Mush'ab] berkata; telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Aku adalah pemimpin anak Adam, orang yang pertama kali dibuka kuburnya, yang pertama kali memberi syafa'at dan diberi syafa'at." ( Musnad Ahmad 10549 )
Telah menceritakan kepada kami [Amru bin Utsman] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Walid] dari [Al Auza'i] dari [Abu Ammar] dari [Abdullah bin Farrukh] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku adalah pemimpin anak Adam, orang yang pertama kali keluar dari perut bumi (dibangkitkan) dan orang yang pertama kali memberi syafaat dan mendapat izin untuk memberikannya." ( Abu Daud 4053 )
Telah menceritakan kepada kami [Mujahid bin Musa] dan [Abu Ishaq Al Harawi Ibrahim bin Abdullah bin Hatim] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah memberitakan kepada kami [Ali bin Zaid bin Jud'an] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Saya adalah pemuka anak Adam dan tidak sombong. Aku adalah orang yang pertama kali di bukakan bumi (di bangkitkan) pada hari Kiamat, dan tidak sombong. Aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa'at dan di mintai syafa'at dan tidak sombong. Bendera pujian ada di tanganku pada hari Kiamat dan tidak sombong." ( Ibnu Majah 4298 )
Hadits Haditas diatas teraebut imenyatakan bahwa nabi ﷺ menjadi sayyid di akhirat.
Namun bukan berarti Nabi Muhammad ﷺ menjadi sayyid hanya pada hari kiamat saja.
Bahkan beliau ﷺ menjadi sayyid manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani :
“Kata sayyidina ini tidak hanya tertentu untuk Nabi Muhammad ﷺ di hari kiamat saja, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang dari beberapa riwayat hadits ‘saya adalah sayyidnya anak cucu adam di hari kiamat.’ Tapi Nabi ﷺ menjadi sayyid keturunan ‘Adam di dunia dan akhirat”. (dalam kitabnya Manhaj as-Salafi fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 169)
Ini sebagai indikasi bahwa Nabi ﷺ membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu.
Nabi Muhammad ﷺ sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa.
Lalu bagaimana dengan “hadits” yang menjelaskan larangan mengucapkan sayyidina di dalam shalat ?
لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ
“Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat”
Ungkapan ini memang diklaim oleh sebagian golongan sebagai hadits Nabi ﷺ. Sehingga mereka mengatakan bahwa menambah kata sayyidina di depan nama Nabi Muhammad ﷺ adalah bid’ah dhalalah, bid’ah yang tidak baik.
Akan tetapi ungkapan ini masih diragukan kebenarannya. Sebab secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak singkron.
Dalam bahasa Arab tidak dikatakan سَادَ - يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ - يَسُوْدُ , Sehingga tidak bisa dikatakan لَاتُسَيِّدُوْنِي
Oleh karena itu, jika ungkapan itu disebut hadits, maka tergolong hadits maudhu’. Yakni hadits palsu, bukan sabda Nabi, karena tidak mungkin Nabi ﷺ keliru dalam menyusun kata-kata Arab.
Konsekuensinya, hadits itu tidak bisa dijadikan dalil untuk melarang mengucapkan sayyidina dalam shalat?
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca sayyidina ketika membaca shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ boleh-boleh saja, tidak masuk neraka bahkan dianjurkan.
Demikian pula ketika membaca tasyahud di dalam shalat.
Disarikan dari Tulisan Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus