Ketika Santri Melihat Serombongan Gajah
Senin, 31 Desember 2018
Tambah Komentar
Ketika ruang pengajian Imam Malik bin Anas Rahimahullahu Ta’ala penuh dengan pelajar yang menimba ilmu darinya.
Tiba-tiba ada yang berteriak, “Hoiii,,, ada gajah!”.
Langsung semua santri yang ada dalam ruangan semburat keluar, sebab itu kejadian langka.
Kecuali santri Yahya bin Yahya al-Laysi al-Andalusi, ia tidak bergeming dan menunggu setia keterangan guru mulianya.
“Kenapa kau tidak keluar seperti teman-temanmu untuk melihat makhluk ajib itu?
Bukankah gajah tidak ada di negaramu?!” tanya Imam Malik penasaran.
“Anu guru, aku kesini dari negaraku, hanya ingin melihat panjenengan.
Belajar dari petunjuk dan ilmumu. Bukan untuk melihat gajah …”
Takjub Imam Malik atas jawaban santrinya ini. Dan seterusnya Beliau menjuluki Yahya dengan ‘Aqil Ahli Andalus: Cendekia negara Andalus.
Panggilan sekaligus doa sang guru mustajab. Kelak waktu pulang ke Negerinya, Andalusia Spanyol. Syaikh Yahya menjadi salah satu pemuka daerahnya. Penyebar madzhab Maliki. Dan riwayat kitab Muwattho karya Imam Malik yang paling baik dan paling masyhur adalah lewat goresan tintanya! Sekaligus menjadi ulama yang sangat diperhitungkan dikalangan Umara Andalusia, plus doanya mustajab!
Beliau wafat pada tahun 234 H. dan dimakamkan di dekat Masjid Cordoba di area pemakaman Ibnu Abbas.
Kisah yang hampir sama, juga ada dibelahan dunia lain, yakni di Basrah, Irak:
Waktu Santri Dhahhak bin Mukhallad bin Dhahhak yang berjuluk Abi Asyhim mengaji dihadapan Imam Ibnu Juraij, mendadak ada rombongan gajah. Santri yang mengaji pada Imam Juraijpun juga buyar semua, kecuali santri Abi Asyim.
“Kenapa kamu kok tidak keluar melihat gajah?” tanya Imam Ibnu Juraij.
“Karena, aku tidak anda beri jam pengganti dilain waktu, guru.”
“Kamu Nabiil; Kamu mulia, berjiwa besar dan layak jadi panutan”
Dan mulai saat itu. Ketika Abu Asyim menghadap Imam Ibnu Juraid. Sang guru memanggilnya Nabil. Hingga tercatat dalam kitab-kitab kuno nama Beliau yang masyhur adalah Abi Asyim an-Nabiil.
Tak kurang Imam sekaliber Imam Bukhari pernah meriwayatkan kata mutiaranya, “Aku mendengar Aba Asyim an-Nabil berkata, “Ketika akalku menerima bahwa ghibah/menggunjing adalah haram. Setelah itu, aku sama sekali tidak pernah menggunjing orang lain”.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Tiba-tiba ada yang berteriak, “Hoiii,,, ada gajah!”.
Langsung semua santri yang ada dalam ruangan semburat keluar, sebab itu kejadian langka.
Kecuali santri Yahya bin Yahya al-Laysi al-Andalusi, ia tidak bergeming dan menunggu setia keterangan guru mulianya.
“Kenapa kau tidak keluar seperti teman-temanmu untuk melihat makhluk ajib itu?
Bukankah gajah tidak ada di negaramu?!” tanya Imam Malik penasaran.
“Anu guru, aku kesini dari negaraku, hanya ingin melihat panjenengan.
Belajar dari petunjuk dan ilmumu. Bukan untuk melihat gajah …”
Takjub Imam Malik atas jawaban santrinya ini. Dan seterusnya Beliau menjuluki Yahya dengan ‘Aqil Ahli Andalus: Cendekia negara Andalus.
Panggilan sekaligus doa sang guru mustajab. Kelak waktu pulang ke Negerinya, Andalusia Spanyol. Syaikh Yahya menjadi salah satu pemuka daerahnya. Penyebar madzhab Maliki. Dan riwayat kitab Muwattho karya Imam Malik yang paling baik dan paling masyhur adalah lewat goresan tintanya! Sekaligus menjadi ulama yang sangat diperhitungkan dikalangan Umara Andalusia, plus doanya mustajab!
Beliau wafat pada tahun 234 H. dan dimakamkan di dekat Masjid Cordoba di area pemakaman Ibnu Abbas.
Kisah yang hampir sama, juga ada dibelahan dunia lain, yakni di Basrah, Irak:
Waktu Santri Dhahhak bin Mukhallad bin Dhahhak yang berjuluk Abi Asyhim mengaji dihadapan Imam Ibnu Juraij, mendadak ada rombongan gajah. Santri yang mengaji pada Imam Juraijpun juga buyar semua, kecuali santri Abi Asyim.
“Kenapa kamu kok tidak keluar melihat gajah?” tanya Imam Ibnu Juraij.
“Karena, aku tidak anda beri jam pengganti dilain waktu, guru.”
“Kamu Nabiil; Kamu mulia, berjiwa besar dan layak jadi panutan”
Dan mulai saat itu. Ketika Abu Asyim menghadap Imam Ibnu Juraid. Sang guru memanggilnya Nabil. Hingga tercatat dalam kitab-kitab kuno nama Beliau yang masyhur adalah Abi Asyim an-Nabiil.
Tak kurang Imam sekaliber Imam Bukhari pernah meriwayatkan kata mutiaranya, “Aku mendengar Aba Asyim an-Nabil berkata, “Ketika akalku menerima bahwa ghibah/menggunjing adalah haram. Setelah itu, aku sama sekali tidak pernah menggunjing orang lain”.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Belum ada Komentar untuk "Ketika Santri Melihat Serombongan Gajah"
Posting Komentar